Jejak Perkebunan Eropa Dikecamatan Glenmore
Awal mula Glenmore Pada 1906, pemerintah Belanda mengeluarkan undangan kepada sejumlah investor Eropa untuk membuka perkebunan di wilayah Banyuwangi. Salah satu pengusaha Eropa yang menjawab undangan ini adalah Ros Taylor dari Skotlandia. Ia membeli lahan seluas 163.800 hektare di lereng Gunung Raung dari pemerintah Belanda. Pada 02 Februari 1910, Ros Taylor memulai usaha perkebunannya. Ia juga memulai pembangunan Glenmore Estate yang sekarang berlokasi di Desa Margomulyo. Nama Glenmore berasal dari bahasa Gaelik, bahasa asli Skotlandia, yang berarti “bukit besar” atau “great glen”. Nama ini merujuk pada dataran tinggi yang luas dengan perbukitan dan iklim sejuk.
Eksplorasi Glenmore Glenmore di Banyuwangi, Jawa Timur, tetap mempertahankan ciri khas Eropa yang telah ada sejak masa kolonial. Terdapat beberapa lokasi yang dapat dijelajahi untuk merasakan pesona Eropa di tengah Pulau Jawa, yaitu: PT Perkebunan Glenmore (Glenmore Estate) PT Perkebunan Glenmore atau juga dikenal sebagai Glenmore Estate adalah sebuah perusahaan yang berlokasi di Desa Margomulyo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi Glenmore Estate awalnya didirikan pada 2 Februari 1910 dan merupakan salah satu perkebunan besar yang dikembangkan oleh pengusaha Eropa di wilayah Banyuwangi. Perusahaan ini fokus dalam produksi pertanian, terutama dalam budidaya tanaman perkebunan, seperti karet. Seiring berjalannya waktu, perusahaan ini berkembang menjadi salah satu pabrik terbesar di kawasan tersebut. Salah satu hal menarik dari Glenmore Estate adalah pelestarian sejumlah bangunan bersejarah dengan mempertahankan arsitektur Eropa yang mencerminkan warisan kolonialisme Belanda. Lokomotif uap yang ditemukan di halaman pabrik adalah salah satu peninggalan bersejarah di Glenmore Estate. Lokomotif uap ini mengingatkan pada masa lalu ketika mesin-mesin teknologi pertanian tenaga uap berkembang pesat. Pipa Sarengan, sebuah pipa tua, juga merupakan salah satu peninggalan penting yang mengalirkan air untuk memenuhi kebutuhan warga dan perkebunan tersebut. Pipa Sarengan Pipa Sarengan, sebuah infrastruktur peninggalan dari masa kolonial Belanda di Glenmore, yang tetap berfungsi hingga saat ini. Pipa ini memiliki ukuran diameter yang cukup besar, yaitu sekitar 50 cm, dan panjangnya mencapai sekitar 500 meter. Fungsi dari pipa ini sangat vital dalam menyediakan pasokan air bagi berbagai kebutuhan di sekitar wilayah Glenmore, terutama di Desa Margomulyo. Salah satu peran utama Pipa Sarengan adalah sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penduduk Desa Margomulyo. Air yang mengalir melalui pipa ini digunakan untuk keperluan minum, masak, mandi, dan berbagai aktivitas rumah tangga lainnya. Pipa ini juga berperan penting dalam mengirigasi lahan persawahan di sekitar wilayah tersebut. Selain berfungsi untuk kebutuhan domestik, Pipa Sarengan juga menyediakan pasokan air yang diperlukan Pabrik Perkebunan Glenmore. Pabrik ini merupakan entitas ekonomi penting di wilayah tersebut, sedangkan air dari pipa ini menjadi salah satu faktor pendukung dalam menjaga kelangsungan operasionalnya. Pipa Sarengan juga menjadi daya tarik bagi wisatawan asal Belanda.
Jembatan Kudung Kendeng Lembu Jembatan Kudung Kendeng Lembu, yang sering disebut sebagai “Jembatan Kudung” oleh masyarakat sekitar karena adanya atap, merupakan salah satu peninggalan bersejarah di wilayah Banyuwangi, Jawa Timur. Jembatan ini terletak di jalur masuk Perkebunan Kendenglembu di Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore. Jembatan Kudung Kendeng Lembu memiliki sejarah panjang yang dapat ditelusuri hingga tahun 1914. Pada masa itu, wilayah Banyuwangi menjadi tempat beroperasinya perusahaan swasta Belanda yang dikenal sebagai NV Rubber Cultur Mij Kendenglembu. Jembatan ini dibangun oleh perusahaan tersebut sebagai bagian dari infrastruktur yang mendukung operasional perkebunan mereka. Satu hal yang menonjol dari jembatan ini adalah adanya atap, sehingga dinamai “Jembatan Kudung”. Atap ini memberikan perlindungan terhadap cuaca bagi pengguna jembatan serta menambah daya tarik estetika jembatan. Dengan desain yang kokoh dan tangguh, jembatan ini telah bertahan selama bertahun-tahun dan tetap digunakan oleh masyarakat setempat sebagai jalur lintas yang penting. Jembatan Kudung Kendeng Lembu bukan hanya sebagai jalan lintas, tetapi juga memiliki nilai sejarah yang penting karena merupakan salah satu peninggalan masa kolonial Belanda di Indonesia. Bangunan ini mencerminkan kejayaan dan peran perusahaan perkebunan Belanda di wilayah Banyuwangi pada masa lalu.
Dampak ekonomi:
Semua ini merupakan contoh-contoh bagaimana sejarah dan pelestarian aspek-aspek bersejarah dapat memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi wilayah.
Yuk bergabung dengan SMK ENTREPRENEUR TAHFIDZ
” masa depan di raih saat ini ! “
Informasi pendaftaran :
– 085745153312 ( Ust. Sholeh )
Copyright © 2023 – All Rights Reserved.
Made with ❤ by Websekolahku.ID